Minggu, 22 November 2009

Tragedi Djombang

After the success of Imago shuffled Theater audience of hundreds of pairs of eyes on the night of 17 November 2009 and then, turn to Block Theater Field brought the manuscript to appear "Djombang" or "scattered Persons" on the main stage of TBM North Sumatra on 20 November 2009 night. Attendance is not as dense Ulok King show, but the story shows the tragedy Djombang family households, making the audience roar chest, because rape horror gripped Djombang daughter-inflicted Djombang own. Djombang raped her, which he forced a youth to be responsible and must be willing to marry a child who had been pregnant. Boys Djombang not accept. Burhan challenged youth to be responsible. Hearing who raped his sister was his biological father, Burhan furious. Burhan home with his biological father's head as the redeemer anger. This tragedy quite successful in playing the actors and actresses from the leadership Afrion Theater Block. Although there is still need improvement, Djombang show did not disappoint.

Kamis, 19 November 2009

PEMENTASAN 'RAJA ULOK' SUKSES

Teater Imago Medan malam tanggal 17 November 2009 tampil di pentas utama Taman Budaya Medan membawakan lakon yang sumbernya dari cerita rakyat Pantai Cermin yang berjudul ;Eaja Ulok'.

Cerita yang berdurasi satu jam setengah itu dimainkan para Mahasiswa dari tiga kampus yang ada di Medan. Teater Alif IAIN Sumatera Utara menampilkan pemain berbakat Ardi, Ani, Tata, Sulaiman dan Apri SR AHA, Rina, Ridho, Abdel, Rina Olif, Juju dan Apri SR AHA. Sementara dari USU tampil Ross dan Ulfa. Eva dan Rudy dari UMA.

Raja Ulok berkisah tentang ke zoliman Raja negeri Hong Balihong yang kerjanya asik mengulok rakyat lewat sayembara mengulok Raja. Siapa yang berhasil mengulok raja sanmpai percaya, itulah pemenangnya.

Satu persatu pesertab gugur karena raja tetap percaya dengan cerita bohongnya. Bila cerita tak menarik, raja langsung memancung peserta.

Walau akhirnya seorang pemuda berhasil mengulok raja, raja yang tak mengakui ulok pemuda tak sadar raja sebenarnya kalah. Namun raja engkar dengan janjinya.

Pemuda nekad. Putri Raja di ancam dan dibawa paksa ke negerinya. Raja berang dan ceritapun berahir.

Lakon yang berdurasi 1 jam setengah itu berhasil membuat semua penonton tertawa terbahak-bahak melihat adegan-adegan gila-gilaan dari seluruh pemain yang jumlahnya lebih dari 20 pemain itu.

Kembali Imago berhasil dengan lakon komidi yang seluruh pemainnya adalah mahasiswa berbagai jurusan. Ani dan Ardi serta Sulaiman adalah bibit unggul dari IAIN Sumatera Utara. Begitu juga Ross dan Ulfa. Mereka bermain sangat kocak sekali.

Selamat buat teater Imago Medan.

Minggu, 01 November 2009

RAJA TEBALEK 'O' USU KARIKATURAL




18 THN USIA TEATER 'O' USU

18 tahun lalu beberapa anak muda terlihat berlatih besik teater di open stage Taman Budaya Medan. Buoy Hardjo (alm) tampak sedang mengarahkan anak-anak muda yang sedang asyik mengolah tubuh agar lentur saat berhadapan dengan penontonnya.
Siapa mereka? Ternyata mereka itulah anak-anak muda yang sedang menyiapkan naskah 'SOK' adaptasi Buoy Hardjo. Mereka itulah cikal bikal penerus teater Sumatera Utara yang mengusung nama besar kampus USU dengan nama teater " O".

Kini sudah 18 tahun mereka malang melintang di dunia seni teater. Yulhasni sebagai sinyoren masih terus memperhatikan adik-adiknya dalam menekuni seni teater yang tak pernah menjanjikan apa-apa itu.

Julhasi menulis dan menulis. Yusrianto juga. Walau mereka sudah lama menyelesaikan studinya di USU, namun kepudilian apada almamater terus membara mengisi ruang gerak keseharian mereka. Tak banyak yang dapat mengikuti jejak mereka. Jumahir yang penulis kenal entah dimana sekarang.

Teater " O" telah memiliki identitas. Karikutaral ada ciri khas mereka. Mereka menghibur penontonnya. Mereka juga meng-kritik situasi dengan gaya mereka yang khas seperti dalam lakon " Raja Tebalek" yang di tulis Yusrianto Nasution.

Sekarang ini teater KAMPUS memang telah ikut menentukan maju mundurnya seni teater di Sumatera Utara. Dengan adanya pemberian anugerah seni saat sebelum pertunjukan di gelar,


membuktikan betapa peduli mereka dengan orang-orang yang menggeluti seni teater tanpa pamrih.




D. Rifai Harahap, pendiri teater Imago Medan, terlihat tampil pertama dihadapan penontonnya yang kemudian diikuti Edi Siswanto, Irwan Arby, Herwin Kampusi, Porman Wilson, dan Yondik Tanto pendiri D'Lick Teater Team yang sesehari dapat dilihat di Taman Budaya Medan.


Anugerah yang mereka berikan sangat besar sekali nilainya. Anugerah yang tulus, penghargaan yang datang dari lubuk hati yang paling dalam.

Setelah prosesi pemberian anugerah seni kepada 9 tokoh teater Suimatera Utara, pementasan 'Raja Tebalek' pun di mulai.
Bagaimana hasilnya? Tunggu kupasan pementasan teater " O" di jilid ke dua.